Selasa, 28 Desember 2010

Pasar Persaingan Oligopoli pada Merk Sampo

Pasar oligopoli adalah pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap 1 komoditi sehingga tindakan 1 penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Jika produknya homogen disebut oligopoli murni. Jika produknya berbeda corak disebut oligopoli beda corak.Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, pengenalan produk baru, iklan, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.


Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual pasar sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.


Asumsi yang mendasari kondisi di pasar oligopoli adalah pertama, penjual sebagai price maker. Penjual bukan hanya sebagai price maker, tetapi setiap perusahaan juga mengakui bahwa aksinya akan mempengaruhi harga dan output perusahaan lain, dan sebaliknya. Kedua, penjual bertindak secara strategik. Asumsi ketiga, kemungkinan masuk pasar bervariasi dari mudah sampai tidak mungkin masuk pasar ,dan asumsi keempat pembeli sebagai price taker. Setiap pembeli tidak bisa mempengaruhi harga pasar.


Sebagai contoh PT Unilever Indonesia Tbk. dan PT P&G Indonesia yang sangat sengit. Pada Unilever melempar empat merek shampoo, yaitu Sunsilk, Clear, Lifebuoy dan Dove. Hal yang sama juga dilakukan P&G, yaitu mengeluarkan merek Pantene, Rejoice, Head & Shoulders serta Herbal Essences. Maka, tak ayal lagi, pertempuran head-to-head dua musuh bebuyutan ini pun tak bisa dihindari. Dari kelayakan head-to-head, sebenarnya Sunsilk berpasangan dengan Pantene, Clear dengan Head & Shoulders, Lifebuoy dengan Rejoice, sementara Dove berhadapan dengan Herbal Essences. Namun, fakta di lapangan, yang terjadi malah persaingan multiple brands. Sering tidak jelas lagi siapa melawan siapa, bukan lagi sekadar merek vs. merek, tetapi Unilever vs. P&G dengan fokus memakan pelanggan pesaing.


Pada Unilever tergolong cukup menguasai industri ini karena dengan berbagai programnya cukup mengendalikan pasar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa inovasi komunikasi yang dilakukan, antara lain Sunsilk Beauty Camp, Sunsilk Girls Day dan Sunsilk Class. Perlawanan Pantene lewat program anggun Cari Bintang Pantene merupakan pertanda bagaimana kedua merek ini berlomba menjadi pahlawan kecantikan para wanita Indonesia.


Dengan harga yang terjangkau kalangan menengah-bawah justru membuat Sunsilk sering dipersepsikan sampo untuk kalangan ibu-ibu dan remaja tradisional sehingga memang kelihatan lebih head on dengan sunsilk. Berbeda dari Pantene yang awalnya dengan harga mahal cukup diasosiasi sebagai produk untuk wanita modern. Sunsilk Circle of Beauty merupakan salah satu upaya Unilever memosisikan Sunsilk ke semua segmen, tak terbatas usia. langkah ini merupakan salah satu wujud kepedulian Unilever terhadap konsumen Sunsilk, yang utamanya adalah wanita.


Sumber

http://tuangkan.wordpress.com/2009/03/07/pasar-oligopoli-definisi-karakter-karakter/

http://guruhaji50407387.blogspot.com/2010/10/menganalisa-persaingan-produk-shampo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar