Senin, 28 Desember 2009

PENGARUH BUDAYA INDONESIA TERHADAP PRODUKSI MOBIL DI LUAR NEGERI

Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar bagi produsen mobil di Luar Negri seperti Toyota, Mercy. Tapi penerapan produksinya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di indonesia. Bila di Luar Negeri kebanyakan mobil menggunakan setir kiri, sedangkan di indonesia mobil menggunakan setir kanan, sehingga produsen harus memperhitungkan hal tersebut bila ingin produkmya laku di indonesia.

Para konsumen di indonesia sudah terbiasa menggunakan setir di sebelah kanan sedangkan di Luar Negeri di sebelah kiri, oleh karena itu produsen harus bisa mengetahui budaya orang-orang di Indonesia dalam hal mengendarai mobil, dan peraturan lalu lintas di Indonesia.

Bila produsen memproduksi mobil yang sama tapi setirnya berbeda maka yang lebih laku di Indonesia adalah yang menggunakan setir kanan, karena di indonesia sudah terbiasa menggunakan setir kanan

Segmentasi Pasar Pada Taman Margasatwa Ragunan



Berdasarkan video di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu tempat rekreasi di Jakarta yang cukup terkenal yaitu Taman Margasatwa Ragunan. Kebun binatang ini selalu ramai dikunjungi orang setiap harinya karena letaknya yang strategis karena bisa dijangkau dengan busway, metromini, angkot, maupun kendaraan pribadi. Selai itu harga tiket masuknya yang tergolong relatif murah yakni sebesar Rp 4000 untuk anak-anak dan Rp 5000 untuk dewasa. Harga tiket tersebut sudah termasuk biaya asuransi kecelakaan yakni sebesar Rp 500 per orang.

Dari sudut pandang perilaku konsumen ternyata motivasi orang mengunjungi tempat ini kebanyakan adalah untuk reflesing, atau hanya sekedar jalan-jalan bersama keluarga. Segmentasi untuk kebun binatang Ragunan ini mencakup semua golongan dan lapisan masyarakat yakni mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua baik itu laki-laki maupun perempuan dan tidak membedakan status pekerjaan, ekonomi dan strata di dalam masyarakat karena semuanya memiliki tujuan yang relatif sama yaitu kebutuhan akan reflesing.

Tugas Kelompok :

Agus Purna Irawan 10207061
Indra Hadi Wijaya 10207560
Fahri Yuliansyah 11207241
Yeti Madianti 11207190

Persepsi Konsumen terhadap produk musiman

Persepsi konsumen adalah cara pandang seorang konsumen tehadap suatu produk apakah produk tersebut baik atau buruk secara kualitas, harga, bentuk, dan manfaat sebelum ia mengambil keputusan pembelian. Produk musiman tentunya dibutuhkan orang pada musim-musim tertentu, dari sanalah tentunya seorang produsen berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Berikut adalah sebagian besar produk musiman di Indonesia.

Nama produk : Terompet,pohon natal,rambutan,mangga,ketupat,sapi,bendera, kurma


Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa setiap produk yang dijual itu mempunyai waktunya masing-masing. Seorang produsen terompet tentunya tidak akan menjual terompetnya pada bulan maret, atau bulan-bulan lainnya selain bulan desember, karena konsumen mempunyai persepsi bahwa terompet itu baru ada manfaatnya saat tahun baru tiba, sesudah dari itu terompet tidak ada gunanya lagi. Produsen yang memproduksi terompet harus menyiasati bagaimana agar produknya bisa laku terjual sebelum tahun baru tiba. Karena kalau produk itu tidak terjual tentunya ia akan mengalami kerugian atau setidaknya bila awet bias saja dijual kembali tahun depan.

Lain halnya dengan terompet, konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap rambutan, mangga dan kurma. Pada musimnya pada umumnya buah-buah tersebut mudah dijumpai di pasaran. Hal itu yang membuat harganya murah, namun ada kalanya seseorang ingin mengkonsumsi buah-buah tersebut padahal belum musimnya. Kalaupun ada yang menjual pastilah harganya relatif mahal, tapi orang yang benar-benar menginginkannya tentu akan rela mengeluarkan uang berapapun. Sehingga persepsi konsumen ini terbentuk karena faktor kebutuhan

Nilai Guna Sebuah Barang

Barang yang kita miliki pasti memiliki nilai tersendiri, tapi barang tersebut bisa jadi tidak bernilai di mata orang lain, dan tahukah anda bahwa nilai sebuah barang dapat berubah-ubah? Nilai sebuah barang bisa berubah karena disebabkan oleh empat faktor, yaitu sbb:

1.Berdasarkan waktu

Contoh: Sebuah HP Nokia N series pada awal peluncuran harganya berkisar di atas 4 juta, namun 1 tahun kemudian mungkin harganya hanya 2 jutaan, hal ini terjadi karena perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga bermunculan HP baru yang lebih canggih (smartphone) sehingga harga produk lama menjadi turun.

2. Berdasarkan tempat

Contoh: Pasir di sungai di mata seseorang tidak bernilai, namun bila pasir tersebut sudah dikumpulkan dan di bawa ke toko material maka akan mempunyai nilai tentunya bagi konsumen yang memerlukannya untuk membangun rumah. Dalam hal ini faktor tempat yang mempengaruhi nilai suatu barang.

3. Berdasarkan bentuk

Contoh: Eceng gondok, merupakan tanaman liar yang banyak terdapat di danau, sungai, waduk, atau perairan lainnya. Tapi bagi sebagian orang yang mempunyai daya kreatifitas yang tinggi tanaman ini bisa diolah sedemikian rupa hingga menjadi barang-barang kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi seperti tas, sandal, kotak tisu, dll. Ini berarti wujud eceng gondok yang sudah diolah akan lebih bernilai daripada yang belum diolah.

4. Berdasarkan kepemilikan

Contoh: Pakaian bekas para artis mungkin sudah tidak ada nilainya lagi di mata mereka, namun bila mereka memberikannya kepada para fans tentunya nilai dari pakaian itu akan berbeda, karena para fans akan menganggap bahwa pakaian artis adalah sesuatu yang istimewa sekalipun itu pakaian bekas.

Minggu, 27 Desember 2009

Keputusan Pembelian terhadap Barang Substitusi dan Komplementer

Seperti kita tahu bahwa dalam ilmu ekonomi barang berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu barang pelengkap (komplementer) dan barang pengganti (substitusi). Seorang konsumen dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan barang untuk memenuhi kebutuhannya, namun adakalanya dia membeli barang lain untuk melengkapi atau mengganti barang pokok yang menjadi kebutuhannya. Untuk barang komplementer produsen biasanya menjualnya dalam satu paket penjualan, hal ini dilakukan untuk memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian, dan agar barang yang dijual tersebut bias terjual semua. Misalnya perusahaa yang menjual computer tidak hanya menjual monitornya saja melainkan juga dengan keyboard, CPU, mouse, softwere-softwere di dalamnya bahkan hingga meja komputernya. Dengan adanya paket penjualan yang terdiri dari barang-barang komplementer ini, konsumen tidak merasa dirugikan atas penjualan, tapi sebaliknya konsumen justru diuntungkan karena apabila dia membeli semua perangkat computer tersebut secara terpisah maka harganya menjadi mahal dan tidak efisien.

Sedangkan untuk barang substitusi tentunya konsumen akan membeli sebagai alternative bilamana barang pokok yang ia butuhkan tidak tersedia, langka, ataupun harganya melonjak tajam dan tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan, maka mau tidak mau konsumen harus mencari solusi yakni dengan mengkonsumsi barang substitusi yang merupakan barang tingkat dua guna memenuhi kebutuhannya tersebut. Sebagai contoh konversi minyak tanah ke gas elpiji terjadi karena factor kelangkaan sehingga menyebabkan harga minyak tanah di pedagang eceran melonjak tajam, konsumen pun kesulitan untuk mendapatkannya kalaupun bias dapat tentu harganya tidak sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu melalui sosialisasi dari pemerintah konsumen berangsur-angsur beralih ke gas elpiji yang harganya relative murah bila dibandingkan dengan minyak tanah dan penggunaannya juga simpel. Oleh karenanya ketergantungan konsumen terhadap minyak tanah sekarang bias teratasi dengan konversi ke gas elpiji.