Selasa, 05 Oktober 2010

Kemitraan PT.Unilever

Dengan visi memenuhi kebutuhan kebersihan dan kesehatan pribadi 230 juta rakyat Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk. melalui salah satu brand-nya, Lifebuoy menjalin kemitraan dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia untuk menggelar program revitalisasi Dokter Kecil sebagai upaya edukasi dan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah dasar (SD) guna mendukung terwujudnya Indonesia yang lebih sehat (1\/5). Pengumuman kemitraan dan pemaparan program-program dalam merevitalisasi Dokter Kecil dan kader kesehatan untuk Indonesia yang lebih sehat, dilakukan dalam konferensi pers di SDN Gunung 05 Jakarta (SD Mexico).

Dalam konferensi pers, hadir Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH sebagai pembicara kunci. Endang Rahayu Sedyaningsih dalam sambutannya mengatakan, pembangunan kesehatan bangsa Indonesia adalah tanggung jawab kita bersama, oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, ke depannya perlu diarahkan pada upaya promotif dan preventif."Salah satu upaya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat adalah dengan melaksanakan edukasi bagaimana mempraktikkan PHBS kepada generasi muda. Pemilihan Dokter Kecil diharapkan dapat menjadi ujung tombak dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk memperhatikan kesehatan anak sekolah. Agar upaya ini dapat tercapai, perlu adanya dukungan dari semua unsur, baik pemerintah, lembaga swadayamasyarakat, maupun bidang usaha seperti yang sedang berlangsung saat ini, yaitu dengan Unilever.

Untuk itu saya menyambut baik dan berterima kasih kepada Unilever yang turut membantu pelaksanaan program-program kesehatan, khususnya program dokter kecil ini," urainya. Endang juga menambahkan bahwa seorang dokter kecil mempunyai peran sebagai penggerak dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap sesama teman dan diri masing-masing, memelihara kebersihan, kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup di sekolah maupun di rumah.Selain itu, hadir pula narasumber yang terlibat dalam kemitraan, yaitu Joseph Bataona, Human Resources and Corporate Relations Director PT Unilever Indonesia Tbk.; Erwin Cahaya Adi, Senior Brand Manager Lifebuoy; Fatni Sulani, Direktur Bina kesehatan Anak Ditjen Binkesmas Kementrian Kesehatan RI; Drs. Abdul Syukur Madjid, Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup dan Kesehatanpada Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani (PUSJAS) Kemendik-nas; serta dr. Handrawan Nadesul, Penggiat Dokter Kecil dan PHBS.

Joseph Bataona dalam sambutannya mengatakan, upaya menjaga anak Indonesia tetap sehat masih harus menjadi perhatian semua pihak. Menjaga anak Indonesia tetap sehat paling baik dilakukan dengan upaya pencegahan. Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan dengan membudayakan PHBS pada anak-anak dan di setiap keluarga Indonesia. Ini merupakan cara termudah dan murah," katanya. Joseph menambahkan, kesehatan anak sekolah merupakan masalah bersama, jalinan kemitraan antara pihak pemerintah dan swasta perlu dilakukan secara bersama dan berkelanjutan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Berawal dari School Programme Erwin Cahaya Adi mengatakan, Lifebuoy sejak lama melakukan edukasi dan sosialisasi PHBS kepada masyarakat. "Berawal dari school programme yang dilaksana-kan Lifebuoy secara berkelanjutan mulai tahun 2004, tahun ini Lifebuoy mempercepat dan memperluas dampak positif PHBS dengan program revitalisasi Dokter Kecil. Melalui program revitalisasi Dokter Kecil sosialisasi budaya PHBS, akan dapat dilaksanakan secara efektif, karena anak akan membawa perubahan bagi dirinya, lingkungan sekolahnya, dan keluarganya," Kata Erwin.Menurut Abdul Syukur Madjid, Kementrian Pendidikan Nasional sangat menyambut baik dan mendukung upaya revitalisasi Dokter Kecil, karena PHBS merupakan upaya penting untuk menjaga anak sekolah tetap sehat, sehingga akhirnya akan mendukung proses belajar dan pendidikan anak-anak.

Fatni Sulani mengungkapkan, visi pembangunan kesehatan saat ini harus mengedepankan upaya promotif dan preventif, bukan lagi kuratif. Salah satu caranya adalah dengan kampanye PHBS sejak usia dini. "Program revitalisasi Dokter Kecil memiliki peran penting untuk membentuk perilaku bersih dan sehat sejak dini," tutur Fatni. Mengingat pentingnya program Dokter Kecil tersebut, maka Kementerian Kesehatan telah menjadikan program ini wajib ada di setiap Sekolah Dasar.Sementara Handrawan Nadesul mengatakan. Dokter Kecil terbukti efektif berperan sebagai promotor kesehatan di sekolahnya. Dari sana akan berkembang ke lingkungan yang lebih besar seperti keluarga dan masyarakat.

Dalam program revitalisasi Dokter Kecil dan Kader kesehatan, Lifebuoy dan para mitra menggelar serangkaian program, yang diawali dengan menggelar pelatihan kepada guru-guru SD mengenai program Dokter Kecil. Pelatihan ini bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menghidupkan dan menjalankan program UKS dan Dokter Kecil di sekolah masing masing.Untuk menjadi seorang dokter kecil, tentunya perlu kriteria-kriteria tertentu. Kriteria pemilihan peserta didik untuk menjadi seorang dokter kecil yaitu harus dipilih dari siswa kelas 4 atau S Sekolah Dasar, berprestasi di sekolah, berbadan sehat, berpenampilan bersih, dan berperilaku sehat, serta yang tak kalah pentingnya adalah berbudi pekerti baik.

sumber :http://bataviase.co.id/node/211404

Minggu, 03 Oktober 2010

adat-istiadat pernikahan Palembang


Saat akan memasuki jenjang pernikahan menurut adat istiadat perkawinan Palembang, banyak tahap yang mesti dilalui. Ketika mencari calon mempelai, wakil dari keluarga laki-laki memulainya dengan melakukan kunjungan 'terselubung' ke rumah si gadis. Kunjungan tersebut untuk meneliti apakah si gadis pantas menjadi istri dilihat dari kecantikan, tabiat, ketaatan ibadah dan kepandaiannya.
Utusan yang berkunjung itu haruslah orang yang berpengalaman dan lues dalam berkomunikasi. Karena demikian lues dan piawainya, keluarga yang dikunjungi tidak mengerti bahwa kunjungan itu sebenarnya bukan silahturahmi biasa, tapi sedang terjadi suatu 'penyelidikan'. Peristiwa ini disebut madik. Utusan yang telah melakukan madik, selanjutnya ditugasi mengulang kunjungan untuk memastikan keadaan si gadis. Apakah masih kosong atau sudah ada yang melamar.


Utusan menanyakan status si gadis kepada orangtua dan pihak keluarganya dalam bahasa sindiran : "Seperti buah itu, apakah ada yang menyenggung atau belum?" Jika sudah ada yang menyenggung pembicaraan tak dilanjutkan. Tapi jika belum pembicaraan dilanjutkan ke arah yang lebih serius. Lain halnya jika orangtua si gadis belum siap menikahkan anak gadisnya karena alasan usia. Berarti harus mendapatkan informasi dari keluarga lainnya. Semua hasil pembicaraan harus dilaporkan kepada pengutus.

MINANG / MELAMAR
Lima orang utusan (termasuk seorang ketua) akan membawa gegawan sewaktu mengunjungi rumah keluarga si gadis. Gegawan berupa kain terbungkus sapu tangan yang diletakkan diatas nampan, berikut lima tenong berisis bahan-bahan, seperti gula, gandum, juadah, buah-buahan musiman, dan lain-lain. Gegawan atau bawaan ini dinamakan sirih hanyut.
Ibu si gadis menerima bawaan dan pinangan si bujang. Pada saat itu pula utusan menanyakan kepada si ibu perihal uri-nya, yaitu adat ketika si ibu menikah dulu. Si ibu biasanya meminta acara sesuai dengan adat, termasuk timbang pundut dan penglamar disertai belanja dapur sebagai syarat. Semua ini ditampung oleh utusan untuk disampaikan kepada pengutus tentang kesanggupannya.
Meski sudah ada lamaran, si bujang belum bisa leluasa untuk bertemu calon pasangan hidupnya. Biasanya si bujang dengan penuh perjuangan dan kesabaran bersembunyi dirumah tetangga untuk mengintip paras si gadis yang didamba.

BERASAN
Bila sudah ada kesepakatan, tahap selanjutnya utusan dari pihak keluarga bujang sebanyak 7 orang akan datang membawa 7 tenong berisi gandum, gula, pisang, tembakau, juandah serta buah musiman. Acara ini disebut pisang hanyut. Disaat inilah utusan akan menyampaikan pantun bersambut kata dengan maksud melakukan penawaran apakah di turuti atau tidaknya permintaan ibu si gadis. Acara tawar-menawar ini pada akhirnya hanya sebagai syarat. Kalau si pelamar orang mampu tak ada masalah.
Demikian pula kalau si bujang bisa diterima dengan rela hati sebagai menantu, maka urusan adat menjadi pelengkap semata. Selanjutnya, ada istilah ditebus yang berkaitan dengan menetapkan mas kawin. kesepakatan bersama ini berarti sudah ada kesepakatan kata, yang kemudian akan dilakukan acara memutuskan kato.

MEMUTUSKAN KATO
Sekembalinya para utusan, tahap selanjutnya si bujang mengutus 9 orang (termasuk seorang ketua) untuk datang kembali ke rumah si gadis membawa 9 tenong berisi bahan-bahan seperti gula, gandum, juadah, buah musiman dan ditambah satu kain yang dibungkus diatas nampan, berupa sehelai baju dan sehelai selendang sutra atau senting. Inilah yang disebut memutuskan kato.
Ketika itu dirumah si gadis sudah siap para undangan, khususnya 9 orang oilihan yang bertugas menerima tenong tersebut. Busana yang dikenakan para utusan berupa sarong motif sama, dipadu dengan baju kurung senting. Selendang yang dipakai adalah jupri atau selendang kembang teh. Untuk gelungan rambut berbentuk sasak tembakau. setebek namanya, sebab didalam gelungan memang diisi tembakau satu tebek.
Setelah melakukan upacara resmi dalam bentuk syair, pantun dan bahasa halus dalam melaksanakan musyawarah, maka kesepakatan upacara adat lengkap dengan langkah kegiatan, prosesi dan sebagainya selesai sudah. Sebagai tanda selesainya kesepakatan ini, dilaksanakan pula acara pengebatan tali keluarga, yakni mengambil tembakau setebak dari sasak gelungan, lalu dibagikan kepada para utusan dan undangan yang hadir.
Tepak emas disajikan pula bersama sekapur sirih bersugi, yakni mengunyah sirih yang dilengkapi tembakau. Ini diartikan bahwa kedua keluarga sudah mengikat tali persaudaraan sehingga menjadi satu keluarga besar. Acara ini disebut mengebet, yang kemudian dilanjutkan dengan makan bersama.

TUNANGAN
Sejak saat itu pasangan gadis dan bujang resmi ditunagkan. Sebagai tanda, akan diberikan hadiah emas berlian. Belakangan ini bisa diberikan dalam bentuk cincin pertunangan. Pada saat itu dilakukan juga beberapa tahapan secara adat. Dan selanjutnya kedua keluarga besat itu akan saling kunjung mengunjungi sambil membawa hantaran aneka ragam benda. Yang pertama kali mengunjungi umumnya adalah keluarga pihak pria yang kemudian akan dibalas berkunjung pula oleh pihak keluarga si gadis.
Dalam bulan puasa, malam likuran dan pada malam hari raya, kedua belah pihak saling bergantian membawa hantaran kerumah masng-masing. ini tentunya dilakukan saling membalas. Pada malam tersebut si bjang membantu melakukan persiapan hari raya, baik didalam maupun diluar rumah. Saat hari raya tiba, si bujang datang kerumah tunangannya untuk menghatur sujud sambil membawa buah tangan untuk si gadis dan keluarganya. Sebagai balasan ketika pulang, si gadis mengisi wadah antaran untuk si bujang tunangan dan keluarganya dirumah.
Keterikatan si bujang semakin dekat. Ini dibuktikan dari cara pamitan setiap kali si bujang hendak bepergian. Apalagi hendak pergi jauh misalnya, si bujang harus pamit secara resmi. Si ibu calon mertua akan mempersiapkan aneka bekal yang mungkin diperlukan si bujang selama perantauannya.
Sekembalinya dari rantau, si bujang harus melapor ke rumah si gadis serta menghatur sembah pada calon mertua sebagai tanda keseriusannya yang tak pernah luntur. Saat itu si bujang, membawa aneka benda berupa pakaian, makanan maupun buah-buahan yang dibawanya dari rantau. Si bujang sudah datang tandanya pernikahan tak lama lagi dilangsungkan. Setidaknya dua minggu sebelum hajatan dilangsungkan. Setidaknya dua minggu sebelum hajatan dilangsungkan, sudah ada kata sepakat, kapan mas kawin atau gegawan akan diantarkan.
Bila tiba saatnya, maka si bujang akan mohon kepada utusan agar bersedia mengantar mas kawin yang telah ditetapkan. Utusan harus seorang wanita yang dituakan dan ditemani beberapa wanita untuk membawa mas kawin. Yang diantar bukan cuma mas kawin, tetapi juga belanja dapur, yang pada mas sekarang disebut 'uang asap'.
Besarnya uang belanja itu pun harus disetujui ibu si gadis. Jika sudah setuju, maka sejumlah uang belanja tersebut dibungkus dengan ponjen-ponjen kuning yang diletakkan diatas nampan.
Selanjutnya menentukan kesepakatan adat. Jika yang disepakati adalah 'adat tiga turunan' itu artinya pihak mempelai pria harus memberi tiga turunan pakaian yang akan dikenakan pihak mempelai wanita. Yakni pakaian sehari-hari, pakaian untuk bepergian biasa, dan pakaian songket kebesaran yang biasanya dipakai untuk 'kondangan' atau upacara adat.
Selain tiga turunan, ada juga adat buntel kadut, satu turunan bahkan sampai tujuh turunan, yang diiringi dengan perabotan rumah tangga, makanan, perhiasan, uang yang dimasukan dalam kertas yang dibentuk aneka buah dan lain-lain. Semuanya akan dibawa, minimal 40 nampan atau menurut kesanggupan pihak laki-laki. Itu sebagai wujud kecintaan orangtua sekaligus untuk meringankan beban pesta pihak si gadis. Bawaan akan diterima dengan baik. Selanjunya membahas acara mandi simburan, termasuk rencana orangtua si gadis untuk mengunjungi tetua yang akan menghadiri upacara adat tersebut.
Seminggu sebelum menikah, baik si bujang maupun si gadis, pantang keluar rumah. Mereka akan 'dipelihara' badaniah dan batiniahnya, seperti dibedaki dengan bedak khusus temanten. Ramuan beras dengan putih telur ayam, garam, rempah-rempah serta daun sawu abang atau sawo kecik yang dihaluskan, akan menjadi bedak boreh mujarab. Selain ramuan tadi, dilengkapi puladengan bertanggas, yaitu duduk diatas kursi sambil diuapi pedupaan berisi api dan cabe rawit. Upaya ini untuk mengeluarkan keringat sebanyak mungkin, agar saat bersanding nanti tak lagi banyak mengeluarkan keringat.
Selanjutnya persiapan pesta. Diantaranya, majang rumah, masang tarub, ngocek bawang besar, dan mengulem atau mengundang kaum kerabat yang akan terlibat dalam kerja gotong royong. Undangan akan diantar oleh kaum ibu yang mengenakan busana adat. Sementara kaum bapak akan melakukan panggilan dan membaleni kemudian diundang untuk menghadiri pengantin munggah yang berlangsung di pagi hari.

PERKAWINAN
Beberapa hari sebelum munggah, si bujang akan dinikahkan di rumahnya sendiri oleh ayah si gadis yang bertindak sebagai walinya. Bisa juga oleh penghulu atau hotib kampung. Jika dilakukan hotib atau penghulu, maka upetinya adalah 2 batu kawin. Usai menikah secara lengkap, selanjutnya mengarak pacar, sebagai lambang bahwa suami sudah berada disamping istrinya. Prosesi dilakukan di perahu yang dihiasi lampu warna-warni dan diiringi tetabuhan yang diarak ke rumah pengantin wanita. Yang diarak ke rumah pengantin wanita. Yang di arak adalah keris adat pusaka puyang berikut bunga-bunga. Pengantin pria memakai busana kebesaran aesan gedeh.
Acara munggah atau ngunduh mantu, menandakan bahwa si bujang sudah dewasa dan berstatus suami. Sebagai penghormatan akan diberi nama baru. Misalnya nama asli Si Ujang Anom berubah jadi Ratu Timang Alam.
Pertemuan antara pengantin pria dan wanita ditandai dengan sirih menyapa. Maksudnya, dengan pemberian sirih penyapa, resmilah kedua pengantin itu berkenalan. Suasana makin khidmad oleh alunan suara pengantin wanita yang membaca ayat-ayat suci Al-Quran, dan doa keselamatan. Secara lengkap, ada adat pengasuhan atau penyuapan akhir, adat menimbang sebagai janji sehidup semati, keramasan/menyacap, mandi simburan, sebaikan, tepung tawar sampai pacaran. Dan masih banyak acara lainnya, seperti membuka langse atau membuka tabir. Bentuknya sebuah wadah tandu yang dihiasi kertas ukiran berwujud burung merak atau garuda, yang nantinya akan dijadikan kelambu dan ditempatkan diranjang saat suami sudah berada di ruangan pangkeng pengantin.

Dari adat istiadat pernikahan palembang sangat kental dengan adat melayu kerajaan sriwijaya yang sangat sakral dengan suasana islam.Dimana saat memasuki pelaminan pengantin perempuan tidak langsung duduk di pelaminan namun pengantin perempuan diharuskan untuk menari tarian khas sriwijaya bersama dayang-dayang dengan pakain adat yang sangat khas dari kerajaan sriwijaya.
Tarian tersebut disaksikan para tamu,setelah pengantin perempuan selesai menari barulah diperbolehkan untuk duduk di pelaminan bersama pengantin laki-lakinya,namun dengan perkembangan zaman seperti pada saat ini orang palembang sudah jarang menggunakan tata cara dalam proses pernikahan adat palembang.Dikarenakan masyarakat zaman sekarang ini lebih memilih mempersingkat waktu.

sumber : http://infopengantin.blogspot.com/2010/03/adat-istiadat-pernikahan-palembang.html